"The Tales of Beedle The Bard"
1.KISAH TIGA BERSAUDARA / The Tale of the Three Brothers
Dahulu kala hidup tiga orang bersaudara, mereka melanglang buana, melewati tempat-tempat sepi dan termaram. Sampai suatu hari tibalah ketiga bersaudara ditepi sebuah sungai yang lebar dan dalam, sehingga terlalu berbahaya untuk dilewati dengan berjalan kaki ataupun terlalu lebar diseberangi dengan berenang. Meskipun demikian ketiganya merupakan penyihir yang mahir, hanya dengan melambaikan tongkat sihir terbentuk sebuah jembatan dihadapan mereka.
Pada saat mereka sampai tengah jembatan, ketiganya dihalangi oleh mahluk berjubah. Ternyata mahluk tersebut adalah SANG KEMATIAN, ia marah karena merasa telah dicurangi oleh ketiganya. Biasanya orang-orang yang berniat menyeberangi sungai tersebut berakhir dengan tenggelam kedasar sungai. Dengan licik ia berpura-pura memberikan selamat atas kemampuan sihir ketiganya, dan mengatakan tiap-tiap orang akan mendapatkan hadiah atas kehebatan mereka mengalahkan kematian.
Sulung diantara mereka adalah seorang yang senang berduel, ia meminta sebuah tongkat sihir sakti yang pernah dibuat dimuka bumi. Tongkat sihir tersebut harus selalu memberikan kemenangan bagi pemiliknya, sebuah tongkat yang pantas karena telah mengalahkan kematian! Sang kematian mendekati pohon elder (semacam pohon arbei liar) yang terdapat dipinggir sungai, membuat sebuah tongkat sihir indah dari ranting pohon kemudian memberikan si Sulung tongkat tersebut.
Anak ke dua seorang yang sombong, berniat mempermalukan malaikat maut lebih jauh lagi, dan meminta kemampuan untuk menunda kematian. Sang kematian memungut sebuah batu dari dasar sungai yang deras tersebut, memberikan batu tersebut sambil berpesan batu tersebut mempunyai kemampuan untuk menghidupkan kembali orang yang telah meninggal dunia.
Kematian bertanya kepada si bungsu apa yang ia inginkan. Bungsu dari tiga bersaudara ini adalah seorang yang rendah hati dan bijaksana, ia tidak percaya dengan niat tulus sang kematian. Si bungsu meminta sesuatu yang dapat membuatnya pergi melanjutkan perjalanan tanpa diikuti oleh kematian. Sang kematian dengan enggan (karena sudah berjanji sebelumnya akan mengabulkan apapun permintaan mereka) memberikan jubah gaib yang dimilikinya.
Sang kematian menyingkir dan mempersilahkan mereka melanjutkan perjalanan. Ketiganya melanjutkan perjalanan sambil memperbincangkan kejadian yang baru mereka alami sambil mengagumi hadiah yang mereka dapat dari kematian. Sampai tiba saatnya ketiganya harus berpisah melanjutkan tujuan masing-masing.
Sulung terus melanjutkan perjalanan lebih dari seminggu sampai akhirnya mendapati desa yang sangat jauh, mencari seseorang yang pernah bertengkar dengannya. Dengan tongkat elder sebagai senjatanya, si sulung tidak akan kalah dalam pertarungan. Membiarkan lawannya yang mati tergeletak begitu saja diatas lantai. Kemudian ia menyewa sebuah losmen, disana si sulung menyombongkan diri bahwa ia tidak mungkin kalah karena tongkat sihir miliknya merupakan hadiah sang kematian.
Malamnya, seorang penyihir datang sambil mengendap-endap mendekati si sulung yang sedang tertidur dalam keadaan mabuk, penyihir tersebut menggorok lehernya kemudian mengambil tongkat Elder. Dan kematian datang menghampiri, mengambil si sulung sebagai miliknya.
Sementara itu, anak ke dua dari tiga bersaudara kembali kerumahnya dimana ia tinggal sendirian disana. Kemudian ia mengeluarkan batu kebangkitan, diletakkan diatas telapak tangannya kemudian diputar tiga kali. Tiba-tiba bayangan wanita yang dulu pernah hampir dinikahinya muncul dihadapannya.
Tetapi wanita pujaannya terlihat sedih dan dingin, seakan-akan ada sesuatu yang memisahkan mereka berdua. Sekalipun sang wanita hidup kembali, tetapi dunia ini bukanlah tempatnya dan terlihat sangat menderita. Sampai akhirnya anak ke dua menjadi putus harapan, kemudian bunuh diri demi menyusul orang yang ia cintai. Dan kematian datang untuk anak kedua.
Sang maut kemudian mencari si bungsu, bertahun-tahun mencari tanpa ada hasil. Ketika si bungsu sudah menjadi tua, ia melepas jubah pemberian malaikat maut dan menyerahkan jubah tersebut kepada anaknya. Si bungsu menyapa malaikat maut yang menemuinya dengan senang hati sebagaimana seseorang bertemu kawan lama. Malaikat maut dengan terus terang mengatakan bahwa posisi mereka seimbang dan si bungsu meninggal dengan tenang.
__________
2. MATA AIR KEBERUNTUNGAN / The Fountain of Fair Fortune
Didataran tinggi disebuah bukit terhampar taman yang indah, tertutup oleh dinding yang tinggi dan dilindungi oleh sihir yang kuat. Ditaman itu mengalirlah mata air keberuntungan. Sekali dalam setahun, sejak matahari terbit sampai terbenam diwaktu yang paling panjang dari hari-hari yang lain, seorang yang “tidak beruntung” diberi kesempatan menemukan jalan ke arah mata air, mandi disana dan mendapatkan keberuntungan abadi. Pada waktu yang telah ditetapkan, ratusan orang dari berbagai belahan penjuru dunia datang mengadu nasib untuk mencapai mata air tersebut sebelum senja tiba. Laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, penyihir maupun Muggle, bersama berkumpul pada saat masih gelap, masing-masing berharap mereka yang terpilih masuk kedalam taman.
Tiga penyihir, tiap-tiap mereka menanggung derita, tanpa sengaja bertemu didalam kerumunan ratusan orang, saling bercerita tentang kisah sedih mereka sambil menanti datangnya fajar. Yang pertama adalah Asha, yang menderita sebuah penyakit yang tidak dapat disembuhkan tabib manapun, dan dia berharap mata air itu dapat mengembalikan kesehatannya. Yang kedua adalah Altheda, ia telah dirampok rumahnya, hartanya, bahkan tongkat sihirnya oleh seorang penyihir yang jahat. Dia berharap mata air itu akan mengangkat perasaan tidak berdaya dan kemiskinannya. Penyihir ketiga, bernama Amata, ditinggalkan kekasihnya yang sangat ia cintai, dan merasa sakit hatinya tak mungkin terobati. Ia berharap mata air itu bisa mengobati duka.
Merasa senasib sepenanggungan mereka memutuskan bahwa tiga kepala lebih baik daripada hanya sendirian, kemudian mereka menggabungkan usul usul untuk mencapai mata air tersebut bersama-sama. Pada sambaran petir pertama, sebuah retakan di dinding muncul dan datanglah tanaman-tanaman menjalar dari taman menyambar dan meliliti tubuh Asha, penyihir pertama. Dia memegang Altheda, yang merangkul Amata. Tetapi Amata menyentuh perisai perang seorang ksatria. Dan ketika tanaman menjalar tadi menarik Asha masuk, ketiga penyihir bersama ksatria ikut tertarik menembus dinding dan memasuki taman.
Karena hanya satu dari mereka yang akan diperbolehkan mandi di Mata Air itu, Asha dan Altheda menyayangkan ketidaksengajaan Amata yang ikut membawa pesaing lainnya. Karena merasa tidak punya kekuatan sihir, setelah menyadari bahwa ketiga wanita tersebut adalah penyihir, dan menyadari kebenaran namanya Tuan Tidak Beruntung, ksatria itu mengatakan keinginannya untuk pergi. Amata mengejek keputusasaannya kemudian mengajaknya bergabung bersama mereka.
Dalam perjalanan menuju Mata Air, keempatnya menghadapi tiga tantangan. Tantangan pertama, mereka menghadapi cacing yang meminta bukti kesengsaraan mereka. Setelah mereka menggunakan beberapa cara dengan sihir maupun usaha lain yang hanya sia-sia belaka, Asha menitikkan air mata putus asa. Ternyata air mata tersebut memuaskan cacing lawan mereka sehingga keempat orang itu dibolehkan meneruskan perjalanan.
Kemudian, mereka menjumpai sebuah bukit yang menanjak terjal dan diminta untuk membayar hasil kerja keras mereka. Mereka mencoba dan terus mencoba menaiki bukit selama berjam-jam namun tidak berhasil. Akhirnya, usaha gagal Altheda ketika dia menyemangati teman-temannya untuk maju hingga keringat mengucur dari atas alisnya membuat mereka lolos ujian itu.
Pada tantangan terakhir, mereka menjumpai sebuah aliran sungai deras yang harus dilintasi dan diminta untuk membayar harta masa lalu mereka. Bingung memilih, berusaha berenang atau gagal, Amata yang akhirnya berpikir menggunakan tongkat sihirnya mengeluarkan ingatan-ingatan tentang kekasih yang meninggalkannya, kemudian menjatuhkannya ke air (sebuah pensieve). berpijak pada batu-batu di dalam air, keempat orang itu dapat menyeberang ke arah Mata Air, tempat mereka harus memutuskan siapa yang akan mandi di situ.
Tapi apa daya Asha pingsan karena kelelahan dan hampir mati. Dia mengalami penderitaan yang sangat sehingga dia tidak bisa melanjutkan langkahnya ke mata air dan memohon ketiga temannya untuk tidak memindahkannya. Altheda cepat-cepat mencampur sebuah ramuan mujarab untuk menolongnya dan kenyataannya ramuan itu berhasil menyembuhkan penyakitnya, sehingga dia tidak lagi berminat mandi dalam Mata Air itu. Dengan menyembuhkan Asha, Altheda menyadari bahwa dia memiliki kekuatan untuk menyembuhkan orang lain dan sehingga dapat menghasilkan uang. Dia tidak membutuhkan lagi mata air untuk menyembuhkan perasaan tidak berdaya dan kemiskinannya
Penyihir ketiga, Amata menyadari bahwa sesudah dia menyingkirkan rasa penyesalannya tentang kekasihnya, dia mampu melihat sifat mantan kekasih yang kejam dan tidak bisa dipercaya, dia tidak lagi membutuhkan Mata Air itu. dia berbalik kepada Tuan Tidak Beruntung dan menawarkan kesempatan padanya untuk mandi di Mata Air sebagai hadiah atas keberaniannya. Ksatria itu, yang tidak menyangka atas keberuntungannya, mandi di Mata Air dan menceburkan diri berikut baju besi berkaratnya.
Ketika matahari menghilang diufuk barat, setelah mandi dimata air keberuntungan tersebut sang ksatria bersimpuh di bawah kaki Amata, memohon tangan dan hatinya. Ketiga penyihir mendapatkan impian mereka untuk kesembuhan, seorang ksatria tak beruntung memenangkan sebuah arti keberanian, dan Amata, seorang penyihir yang mempercayainya, menyadari bahwa dia telah menemukan seorang lelaki yang pantas menerimanya.
Ketiga penyihir dan satria turun dari bukit bersama-sama, berpegangan tangan dan keempatnya hidup bahagia selama-lamanya, namun tidak ada satupun dari mereka (termasuk ratusan orang yang tidak seberuntung mereka) yang tahu bahwa mata air keberuntungan tersebut adalah mata air biasa seperti mata air lainnya dan tidak memiliki keajaiban sebagaimana kabar yang tersiar.
__________
3. PENYIHIR DAN KUALI YANG MELOMPAT / The Wizard and the Hopping Pot
Dahulu kala hiduplah seorang penyihir tua yang baik, menggunakan sihir hanya untuk menolong tetangga. Ia tidak pernah mengungkapkan memiliki ilmu sihir tetapi menjelaskan bahwa ramuan, mantra, dan obat-obatan yang dimilikinya tersedia berkat sebuah kuali kecil yang disebut kuali keberuntungan. Orang-orang berdatangan dari berbagai penjuru dan dengan senang hati penyihir tersebut menolong.
Penyihir tua disayangi banyak orang sampai akhirnya meninggal karena umur. Sebelum meninggal ia memberikan warisan kuali tersebut kepada anak semata wayang. Anak laki-laki itu memiliki pemikiran yang berbeda dengan sang ayah. Menurutnya, mereka yang tidak memiliki kemampuan sihir merupakan orang-orang tidak berguna dan penyihir muda sering bertengkar dengan sang ayah karena kebiasaannya memberikan pertolongan kepada para tetangga.
Setelah kematian ayahnya, penyihir muda menemukan sebuah bungkusan disembunyikan dalam kuali kecil. Ia membukanya, sambil berharap didalamnya terdapat emas, tetapi yang ditemukan hanya sebuah sandal tebal, terlalu kecil untuk dikenakan, dan tanpa pasangan. Pada sandal terdapat tulisan yang diukir berbunyi, “Sangat berharap, anak ku, semoga kau tidak memerlukannya.”
Sang anak mengutuk pola pikir ayahnya, sandal dilempar kedalam kuali, dan akan menggunakan kuali tersebut sebagai tempat sampah. Pada suatu malam seorang petani wanita mengetuk pintu.
“Cucu perempuanku menderita karena sebuah kutil, tuan.” ujarnya,”Ayah mu biasa mencampur ramuan khusus didalam kuali tua …”
“Pergi!” teriak si anak, “Siapa yang peduli pada kutil?”
Kemudian ia membanting pintu tepat diwajah wanita tua.
Pada saat yang bersamaan terdengar gemerincing dan suara memelas terdengar dari arah dapur. Penyihir muda mengacungkan tongkat sihirnya dan membuka pintu dapur, ia melihat dengan takjub, pada bagian bawah kuali tua warisan ayahnya muncul sebuah kaki dari kuningan dan melompat-lompat di tengah ruangan, menimbulkan suara gaduh. Dengan penuh keingintahuan penyihir muda mencoba mendekati namun dengan cepat mundur ketika melihat seluruh permukaan kuali ditutupi oleh kutil.
“Benda yang menjijikan!” ia berteriak, sambil mencoba menghilangkan kuali, kemudian membersihkan kuali, dan akhirnya memaksanya keluar dari rumah. Namun tidak satupun mantra yang diucapkanya bekerja, bahkan ia tidak mampu menghambat kuali tersebut berlompat-lompat mengejarnya sampai keluar dapur. Kuali terus mengikuti sampai ke ruang tidur, bergemerincing dan menimbulkan suara keras setiap menyentuh lantai yang terbuat dari kayu.
Penyihir muda tidak dapat tidur semalaman karena suara yang ditimbulkan kuali. Pada pagi harinya kuali mengejar sampai meja makan. Ting, ting, ting … bunyi keluar dari kaki kuningan yang bertumbukan dengan lantai, penyihir muda belum mulai menyantap bubur, tiba-tiba terdengar pintu diketuk.
Seorang kakek berdiri di pintu masuk.
“Keledai saya, tuan,” ujarnya.
“Hilang atau di curi, tolonglah tanpa keledai saya tidak dapat mengangkut barang-barang kepasar, dan kami akan kelaparan nanti malam ..”
“… dan saya lapar sekarang!” bentak penyihir muda, kemudian seperti sebelumnya ia membanting pintu didepan sang kakek.
Ting, ting, ting, kuali dengan satu kaki dari kuningan melompat-lompat diatas lantai, kali ini diikuti gabungan ringkikan keledai dam erangan orang kelaparan yang berasal dari dalam kuali.
“Tetap ditempat, diam!” pekik penyihir muda, tetapi tidak ada kekuatan sihir yang mampu membuat kuali berhenti. Benda tersebut terus besuara dan melompat-lompat mengikuti sang penyihir, dimanapun dan kapanpun.
Malam telah tiba, terdengar ketukan ketiga, disana berdiri seorang wanita sambil menangis tersedu-sedu terlihat sedih sekali.
“Bayi saya sakit sangat parah,” ujarnya. “Sudilah kiranya tuan menolong kami. Ayah tuan berpesan seandainya kami mendapat kesulitan …”
Tanpa menunggu wanita tersebut menyelesaikan kalimatnya penyihir muda tersebut membanting pintu keras-keras.
Tak lama kemudian kuali kesakitan dan penuh berisi air mata. Tumpah kelantai setiap melompat-lompat, terdengar ringkikan keledai, erangan orang kelaparan, dan tumbuh kutil disekujur kuali.
Sekalipun tidak ada satupun penduduk yang datang mencari bantuan kepada penyihir muda sampai akhir minggu, kuali selalu memberikan informasi jika ada penduduk yang sakit. Hari-hari berikutnya suara-suara yang keluar dari kuali makin bertambah seperti suara orang batuk, tangisan bayi, gonggongan anjing, memuntahkan keju basi, menumpahkan susu dan keluar siput-siput yang kelaparan.
Penyihir muda tidak dapat tidur maupun makan dengan kuali disampingnya, tetapi benda tersebut menolak untuk pergi dan tidak dapat diperintah untuk diam.
Sampai akhirnya penyihir muda tidak tahan lagi dan berteriak, “Kemarilah, ceritakan semua masalah dan kesulitan yang dihadapi.”
Ia berlari di malam gelap menuju desa, dengan kuali melompat-lompat dibelakangnya. “Kemarilah! Saya akan mencoba menyembuhkan anda semua dan memperbaiki segala yang telah rusak! Saya memiliki kuali warisan ayah saya, dan saya akan membuat anda semua baik kembali!”
Dengan kuali berlari dibelakangnya ia terus berlari dijalan-jalan desa, mengucapkan mantra kesemua penjuru. Didalam rumah gadis kecil, kutilnya lenyap dan tetap tertidur pulas. Keledai muncul kembali dikandangnya, bayi yang sakit kembali sehat. Pada setiap rumah yang terdapat orang sakit dan kemalangan, penyihir muda melakukan hal terbaik yang dia bisa, dan secara bertahap kuali disampingnya berhenti bersuara, menjadi bersih dan mengkilap.
“Bagaimana kuali?” tanya penyihir muda saat matahari mulai terbit diufuk timur. Kuali memuntahkan sandal warisan penyihir tua kemudian kaki kuningan memakainya. Bersama mereka kembali ke rumah penyihir muda, suara kaki kuali tidak sekeras sebelumnya.
Sejak hari itu, penyihir muda mulai menolong penduduk desa seperti yang telah dilakukan ayahnya selama bertahun-tahun. Kuali warisan seperti sudah mengerti dan tidak pernah melompat-lompat kembali.
__________
4. BABBITTY SI KELINCI DAN BONGGOL POHON YANG DAPAT BICARA / Babbitty Rabbitty and her Cackling Stump
Zaman dahulu kala, di suatu tempat yang jauh, hiduplah seorang raja yang bodoh, ia memutuskan hanya dirinyalah yang boleh memiliki ilmu sihir. Raja memerintahkan komandan pasukannya untuk membentuk brigade pemburu penyihir, dan memberikan mereka sekelompok anjing jenis black hound yang galak. Pada waktu yang sama, raja mengumumkan ke desa-desa dan kota-kota di seluruh negeri: “Dicari oleh Raja: Pengajar ilmu sihir.”
Tidak ada satupun penyihir yang secara suka rela mendaftar sayembara tersebut, semuanya bersembunyi dari kejaran brigade pemburu penyihir. Sampai akhirnya seorang penipu yang tidak memiliki kemampuan sihir melihat peluang untuk memperkaya diri sendiri, memperkenalkan diri sebagai penyihir sakti. Penipu tersebut melakukan atraksi kecil untuk meyakinkan raja akan kehebatannya, karena kagum raja menunjuknya sebagai kepala penyihir kerajaan, merangkap guru sihir sang raja.
Sang penipu meminta kepada raja sekantong besar emas, untuk membeli tongkat sihir dan peralatan sihir yang dibutuhkan. Ia juga meminta beberapa butir batu delima besar untuk jimat penyembuh, dan satu atau dua piala perak untuk menawar racun. Semua perangkat menggelikan tersebut disediakan oleh raja bodoh tersebut. Si penipu menyimpan harta karun ditempat aman di dalam rumahnya kemudian kembali ke istana.
Penipu tidak mengetahui gerak-geriknya diawasi oleh seorang wanita tua yang tinggal digubuk diujung halaman istana. Namanya Babbitty, pekerjaan sehari-hari mencuci seperai raja sehingga tetap lembut, segar, dan putih. Tanpa sengaja saat akan mengangkat seprai yang sudah kering, ia melihat penipu memetik dua buah ranting pada salah satu pohon dihalaman istana, kemudian masuk kedalam istana. Penipu memberikan salah satu ranting kepada raja dan meyakinkannya bahwa ranting tersebut adalah tongkat sihir sakti.
“Tongkat ini akan bekerja hanya jika memang ia merasa pantas.” Ujar sang penipu. Setiap pagi penipu dan raja yang bodoh berjalan-jalan dihalaman istana, mereka melambai-lambaikan tongkat sihir mereka dan meneriakan sesuatu yang dikatakan sebagai mantra. Sang penipu mencoba tipuan baru agar Raja percaya pada kekuatan kepala sihir kerajaan, dan usaha raja untuk mengusai tongkat sihir tersebut menghasilkan banyak emas bagi penipu tersebut.
Suatu pagi ketika raja dan penipu seperti biasanya memutar-mutar tongkat sihir mereka dan mencoba membaca mantra-mantra yang sesungguhnya tidak berguna, raja mendengar suara cukup keras. Babbitty si pembersih seperai istana mengawasi mereka melalui jendela di rumah kecilnya, dan tertawa terbahak-bahak hingga tidak mampu berdiri.
“Pasti terlihat tidak bermartabat hingga seorang tua pembersih seperai istana mentertawai Saya!” ujar sang raja. Ia berhenti memutar-mutar tongkat sihirnya dan berkata dengan sungguh-sungguh. “Saya sudah letih berlatih! Kapan saya bisa menggunakan mantra, hai penyihir kerajaan?”
Penipu mencoba tetap tenang, meyakinkan raja bahwa tidak lama lagi ia akan melakukan sihir, tetapi tawa Babbitty telah menusuk hatinya lebih dari pada yang diketahui sang penipu.
“Esok hari,” titah sang raja, “Kita akan mengundang para bangsawan untuk melihat Raja menggunakan sihir!”
Penipu melihat waktunya sudah tiba untuk mengambil barang-barangnya dan pergi menjauh.
“Ampun tuanku, itu tidak mungkin! Saya lupa memberitahu tuan, saya harus menempuh perjalanan jauh besok …”
“Jika kau meninggalkan istana ini tanpa ijin ku, hai penyihir, maka brigade pemburu penyihir milikku akan mengejarmu sampai dapat! Besok pagi kau akan mendampingi ku mempertunjukan sihir, jika ada yang mentertawaiku maka besok pagi kau akan kehilangan kepala!”
Dengan langkah lebar sang raja kembali ke istana, meninggalkan penipu dalam kesendirian dan penuh ketakutan. Otaknya berpikir mencari cara untuk menyelematkan diri, tapi bagaimana? Ia tidak mungkin melarikan diri, tidak mungkin pula menghasilkan sihir yang diinginkan sang raja.
Sambil mencari pelampiasan kemarahannya, penipu mendekati jendela Babbitty dan mengintip kedalam rumah. Disana ia melihat seorang wanita tua dengan perawakan kecil sedang duduk menghadap meja sambil membersihkan sebuah tongkat sihir. Tepat diujung ruangan seprei sang raja mencuci sendiri didalam ember kayu besar.
Penipu mengerti sekarang, Babbitty adalah seorang penyihir, dan ia menjadi kunci penyelesaian masalah yang sedang dihadapinya.
“Hai tua bangka!” teriak penipu, “Ucapan mu telah menyebabkan saya dalam masalah! Jika kau tidak mau menolong maka akan saya laporkan kepada raja bahwa kamu seorang penyihir dan anjing-anjing kerajaan dengan senang hati mencabik-cabik tubuhmu!”
Babbitty tersenyum kepada sang penipu, dan menjawab ia akan menolong dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya.
Penipu memerintahnya untuk bersembunyi dibalik semak-semak pada saat raja memperagakan sihir. Ia setuju dengan rencana tersebut kemudian menanyakan satu pertanyaan.
“Bagaimana seandainya raja menginginkan sesuatu yang mantranya tidak saya kuasai?”
Penyihir palsu memberi jawaban mengejek.
“Sihirmu sejajar dengan imajinsi si bodoh itu!”
Sang penyihir meyakinkan Babbitty kemudian kembali ke istana, sambil tersenyum bangga akan kepintarannya.
Esok paginya semua bangsawan dan istri-istri mereka telah hadir dilapangan istana. Raja naik keatas panggung dengan kepala sihir kerajaan berdiri disampingnya.
“Pertama-tama saya akan menghilangkan topi wanita ini.”
Teriak raja sambil menunjuk topi dengan ranting yang dikira tongkat sihir. Dari dalam semak-semak Babbitty mengarahkan tongkat sihirnya kepada topi tersebut dan membuatnya menghilang. Tepuk tangan riuh rendah dan kekaguman menyambut hilangnya topi tersebut.
“Selanjutnya saya akan membuat kuda yang ada disebelah sana terbang!”
Teriak sang raja sambil menunjuk kuda jantan miliknya. Dari dalam semak Babbitty mengarahkan tongkat sihirnya pada kuda dimaksud dan perlahan-lahan naik keudara.
Penonton semakin takjub dan tepuk tangan membahana dilapangan istana, mereka meneriakan kata-kata pujian untuk raja mereka.
“Dan sekarang …” Raja melihat sekeliling mencari ide, kapten Brigade Pemburu Penyihir menghambur ke hadapan sang raja.
“Tuan ku.” Ujar kapten, “Subuh tadi, Sabre mati keracunan! Mohon kesediaan paduka menghidupkannya kembali dengan tongkat sihir.”
Sang kapten mengangkat anjing yang telah mati dari jenis black hound kehadapan sang raja bodoh tersebut. Dengan penuh keyakinan ia mengarahkan tongkat sihirnya kepada anjing tersebut. Dari balik semak-semak Babbitty tersenyum, ia tidak mengarahkan tongkat sihirnya karena tidak ada sihir apapun yang dapat membangkitkan sesuatu yang telah mati.
Ketika anjing tersebut tidak bergerak, kerumunanpun mulai berbisik, kemudian mulai tertawa. Mereka menganggap pertunjukan tadi hanyalah tipuan belaka.
“Mengapa tidak bekerja?” Teriak sang raja kepada kepala sihir kerajaan (yang sesungguhnya adalah penyihir palsu), merasa telah diperdayai.
“Itu disana yang mulia!”
Penipu menunjuk kearah semak-semak dimana Babbitty bersembunyi.
“Saya melihat wanita itu yang melakukannya, ia menahan sihir anda dengan ilmu hitam yang dimilikinya! Tangkap dia, pengawal tangkap wanita itu!”
Babbitty keluar dari semak, dan Brigade Pemburu Penyihir mengejarnya, melepas anjing-anjing pemburu yang terlihat haus akan darah Babbitty. Walaupun sudah tua namun ia terlihat lincah, penyihir kecil itu dapat meloloskan diri. Ketika Raja, penyihir palsu, dan brigade sampai disuatu tempat dilihat anjing-anjing mereka menyalak dan berputar-putar mengitari sebuah pohon yang telah tua.
“Dia merubah dirinya menjadi pohon!” teriak penipu, ia khawatir Babbitty kembali kewujudnya semula kemudian mengadukan perihal siapa ia sebenarnya.
“Tebang pohon tersebut, Yang Mulia, hanya itu satu-satunya cara untuk menghancurkan penyihir jahat tersebut.” lanjutnya.
Kapak segera dibawa dan pohon tua tersebut ditebang, penipu, pasuka brigade pemburu penyihir, dan semua yang hadir disitu terlihat gembira. Tetapi pada saat mereka bersiap kembali ke istana, terdengar sebuah teriakan keras.
“Bodoh…!” suara Babbity dari arah bonggol pohon bekas tebangan tadi.
“Tidak ada seorang penyihirpun yang mati hanya dengan dibelah menjadi dua! Kalau tidak percaya ambil kapak itu lalu belahlah kepala sihir kerajaan menjadi dua!”
Kapten Brigade Pemburu Penyihir tertarik melakukan percobaan yang diinstruksikan oleh suara Babbitty, namun belum kapak diayunkan sang penipu sudah menjerit sekeras-kerasnya sambil berlutut. Ia memohon ampun dan mengaku tidak memiliki kemampuan sihir. Akhirnya ia diseret masuk ke penjara, bonggol pohon berteriak makin nyaring.
“Dengan memotong penyihir wanita menjadi dua bagian kalian telah menimbulkan kutukan pada kerajaan ini!” Babbitty melanjutkan kata-katanya kepada raja yang ketakutan.
“Setiap usaha menyakiti teman-temanku para penyihir, sama artinya mengayunkan kapak kearah mu sendiri sampai akhirnya kamu berharap lebih baik mati!”
Sang raja berlutut dihadapan bonggol pohon dan berkata ia akan memberikan pengumuman bahwa ia akan melindungi para penyihir dikerajaan ini dan memperbolehkan mereka mempraktekan sihir untuk tujuan damai.
“Bagus sekali,” jawab bonggol kayu, “Tapi kamu belum mengeluarkan pernyataan maaf kepada Babbitty.”
“Tentu saja saya memohon maaf kepadanya.” Jawab sang raja, sambil menangkupkan kedua tangannya tanda memohon dihadapan bonggol kayu.
“Kamu akan membuat patung Babbitty, sebagai penghargaan kepada tukang cuci yang malang, dan mengingatkan mu akan kebodohanmu!” perintah bonggol kayu.
Sang raja setuju dan berjanji akan memanggil pematung paling ahli diseluruh negeri untuk membuat patung dari emas. Setelah berjanji raja dan lainnya kembali ke istana.
Ketika halaman kerajaan sudah menjadi sepi seperti sediakala, sesuatu terlihat bergerak-gerak diantara akar-akar yang menyembul dipermukaan tanah. Dari sana keluarlah seekor kelinci kecil yang menggigit sebuah tongkat sihir, ia adalah Babbitty dalam sepi bergerak menjauh dari halaman istana. Segera setelah patung dari emas diletakkan diatas bonggol kayu tidak ada satupun penyihir yang dikejar-kejar diseluruh wilayah kerajaan … untuk selamanya.
__________
5. JANTUNG BERBULU SANG PENYIHIR / The Warlock's Hairy Heart
Jaman dahulu ada seorang penyihir muda tampan, berbakat, dan kaya raya. Ia melihat teman-temannya menjadi seperti orang bodoh hanya karena jatuh cinta, bahkan ada sampai kehilangan gairah hidup dan kehilangan harga diri mereka. Pemuda itu berhasrat tidak mau menunjukkan kelemahan macam itu sehingga dia menggunakan sihir hitam untuk mencegah dirinya jatuh cinta.
Tanpa disadari pemuda tersebut telah melangkah terlalu jauh, keluarga pemuda itu menertawakan usahanya menghindar dari cinta. Namun sang pemuda terlanjur bangga dan akan kepandaian serta kekuatannya untuk mengabaikan cinta. Ketika kedua orang tua penyihir itu meninggal dunia, dia sama sekali tidak merasakan kesedihan bahkan merasa terberkati karena kematian mereka. Sekarang ia seorang diri mengusai Kastil tersebut. Sang penyihir muda kemudian memindahkan kekayaan terhebatnya keruang bawah tanah.
Penyihir itu meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia pantas membuat orang lain iri karena kesendiriannya, hingga pada suatu hari sang penyihir mendengar pembicaraan dua pembantunya yang membuatnya sangat kecewa. Salah satunya menaruh kasihan padanya dengan kekayaan seperti sekarang ini belum juga mendapatkan seseorang yang dikasihi.
Pembantu lain menertawakannya karena dengan kekayaan seperti yang dimiliki penyihir muda saat ini tidak dapat menarik seseorang sebagai istrinya. Pembicaraan keduanya sangat menyakitkan hati sang penyihir. Kemudian ia memutuskan untuk mencari seorang istri, yang kemungkinan besar harus paling cantik agar orang-orang dapat mengaguminya, berasal dari keluarga penyihir yang sakti sehingga ia memiliki bakat yang sama seperti keluarganya, dan memiliki kekayaan setidaknya sama dengannya sehingga eksistensinya menjadi jelas.
Dibutuhkan waktu lama mendapatkan wanita sesuai dengan kriteria tersebut, namum sebuah keajaiban terjadi, satu hari setelah sang penyihir muda berketetapan mencari pendamping ia bertemu dengan seorang gadis penyihir yang kebetulan sedang mengunjungi keluarganya dilingkungan tersebut.
Wanita tersebut memiliki keahlian sihir yang mumpuni, memiliki kekayaan yang tidak dapt diragukan lagi serta kecantikannya membuat semua pria terpana, kecuali satu orang. Penyihir muda tidak merasa sedikitpun perasaan yang dimiliki orang lain.
Namun demikian ia menganggap gadis penyihir itu sebagai hadiah utama, penyihir laki-laki itu mengejarnya, meyakinkan semua orang yang dikenalnya bahwa ia telah berhasil merebut hati gadis tersebut. Tetapi gadis penyihir merasakan sikap kagum sekaligus aneh terhadap perhatian pemuda tersebut, ia merasakan sikap dingin dibalik kehangatan yang diperlihatkannya. Sang gadis tidak pernah bertemu dengan seorang pria yang begitu aneh. Keluarga gadis membesarkan hatinya bahwa mereka berdua adalah pasangan yang serasi dan menyatakan kesediaan mereka menerima undangan pesta yang akan diadakan di kastil sang pemuda.
Pada saat pesta diadakan, meja-meja dihiasi dengan perak dan emas, dilengkapi anggur terbaik yang pernah ada dan makanan yang lezat. Pemuda dan sang gadis duduk berdampingan dan pemuda tersebut membisikan syair-syair puisi yang ia sendiri sebenarnya tidak mengerti arti sesungguhnya. Sang gadis mendengarkan dengan seksama, dan akhirnya menjawab, “Engkau berbicara dengan baik, dan saya sangat senang atas perhatian yang diberikan hanya jika aku telah melihat hatimu!”
Sang pemuda tersenyum dan mengatakan tidak perlu khawatir akan masalah tersebut, kemudian ia membungkuk memberi salam hormat kemudian menuntun sang gadis mejauhi pesta tersebut menuju ruang bawah tanah yang terkunci tempat dia menyimpan rahasia terbesar miliknya. Disana pemuda menunjukkan sebuah kotak kristal, yang di dalamnya tersimpan sebentuk jantung yang berdetak.
Sudah lama sejak jantung tersebut terpisah dengan anggota tubuh yang lain, sudah tidak pernah memahami arti kecantikan, indahnya suara musik dan merasakan halusnya kulit. Sang gadis menjadi ketakutan melihat kenyataan tersebut, jantung tersebut telah menyusut dan ditutupi oleh bulu hitam dan panjang.
“Oh, apa yang telah engkau lakukan?” tanyanya. “Kembalikan itu ketempatnya semula, kumohon padamu!”
Sang pemuda melihat hal tersebut dapat menyenangkan hati sang gadis, kemudian ia mengayunkan tongkat sihir untuk membuka kotak kristal, membelah dadanya dan meletakkan jantung berbulu itu di tempatnya.
“Sekarang kau akan mengerti apa itu cinta sejati!”, sang gadis menangis sambil memeluk pemuda tersebut.
Sentuhan dari tangan putih lembut, suara nafas yang terdengar ditelinga, dan hawa yang keluar dari rambut emas sang gadis, semuanya laksana anak panah yang membangunkan jantung yang baru menyatu dengan tubuhnya tersebut. Jantung tersebut membesar dengan aneh seiring tarikan nafas pemuda. Buta dan liar dalam kegelapan tempat selama ini sang jantung bersemayam, dan hasrat menguat serta mulai melawan sang pemuda.
Para tamu undangan pesta mulai memperhatikan ketidak hadiran tuan rumah dan sang gadis. Awalnya mereka menganggap hal tersebut wajar, namun berjam-jam mereka mulai resah dan mencari-cari keduanya dikastil tersebut sampai akhirnya mereka menemukan ruang bawah tanah dan terlihat sang gadis terbujur kaku dilantai dengan dada robek terbuka.
Disampingnya mayat pemuda memegang jantung merah bersinar milik si gadis yang akan dimasukan kedalam dadanya. Tangan yang lain memegang tongkat sihir untuk mencabut jantung berbulu miliknya yang terus melawan tidak mau meninggalkan tubuhnya. Hal tersebut terjadi begitu cepat, sang pemuda akhirnya membuang tongkat sihir kemudian menyambar pisau perak dan mencabut jantungnya dari rongga dada agar ia tidak dikuasai jantung berbulu tersebut. Untuk beberapa saat dia berlutut penuh kemenangan dengan sebuah jantung di masing-masing tangannya. Sampai akhirnya terjatuh diatas mayat sang gadis dalam keadaan tak bernyawa.
Langganan:
Postingan (Atom)