Senin, 13 Desember 2010

"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena...."

"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"




>>POHON....
Orang-orang memanggilku "Pohon" karena Aku sangat baik dalam menggambar pohon. Aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 kali, tapi hanya ada satu wanita yang benar-benar sangat kucintai.



Dia tidak cantik, tidak memiliki tubuh seksi. Tapi, dia sangat peduli dengan orang lain. Gayanya yang sederhana dan apa adanya, kemandiriannya, kepandaiannya, dan kekuatannya. Aku menyukainya, sangat!



Satu-satunya alasanku tidak mengajaknya kencan karena, aku merasa dia sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku takut, jika kami bersama, semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Karena itu, aku memilihnya untuk hanya menjadi "sahabat". Menjadi sahabatnya, aku akan bisa 'memiliki'nya tiada batasnya. Tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.



Selama ini dia selalu menemaniku dalam berbagai kesempatan, sebagai sahabat.. Dia tahu aku mengejar gadis-gadis lain. Ketika dia melihatku mencium pacarku yang ke-2, dia hanya tersenyum dengan berwajah merah. "Lanjutkan saja," katanya, setelah itu pergi meninggalkan kami.



Esoknya, matanya bengkak dan merah. Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis. Aku pun berusaha membuatnya tertawa dengan mengajaknya bercanda sepanjang hari.



Kali lainnya, di sebuah sudut ruang dia menangis. Hampir 1 jam kulihat dia menangis. Aku paham betul apa penyebabnya. Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Mereka berdua perang dingin. Aku tahu bukan sifatnya untuk memulai perang dingin, tapi Aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku.



Esoknya dia masih bisa tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia. Aku juga sedih.



Ketika aku putus dengan pacarku yang kelima, aku mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ingin mengatakan sesuatu padaku.



Aku bercerita bahwa aku telah memutuskan hubungan dengan pacarku. Sementara, dia berkata bahwa dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang.



Aku tahu pria itu. Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan menarik. Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakit hatiku. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat, dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak. Dan, aku menangis!



Handphoneku bergetar, ada SMS masuk.






>>DAUN...
Aku suka mengoleksi daun-daun, karena aku merasa bahwa daun membutuhkan banyak kekuatan untuk bisa meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali.



Selama ini aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi "sahabat". Ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya: cemburu.



Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Aku menyukainya dan aku juga tahu bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak pernah mengatakannya?Jika dia mencintaiku, mengapa dia tidak memulainya dahulu untuk melangkah?



Waktu terus berjalan, hatiku semakin sedih dan kecewa. Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tapi, mengapa dia memperlakukanku lebih dari sekadar seorang teman?



Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati. Aku tahu kesukaannya, kebiasaannya, tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa kupahami. Kadang aku merasa bodoh, karena aku juga berkeras tidak mau mengungkapkan perasaanku. Selain alasan itu, aku mau tetap di sampingnya, memberinya perhatian, menemani, dan mencintainya. Berharap suatu hari nanti dia akan datang dan mencintaiku.



Seorang pria mengejarku. Setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Segala daya upaya telah dilakukan walau seringkali ada penolakan dariku. Aku mulai berpikir, mungkinkah aku bisa memberikan sebuah ruang kecil di hatiku untuknya?



Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Aku tahu Angin akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ke tempat yang lebih baik. Meski berat, akhirnya aku meninggalkan Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal. Aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku.





>>ANGIN...
Aku menyukai seorang gadis bernama Daun. Tapi, dia sangat bergantung pada Pohon sehingga aku harus menjadi 'Angin' yang kuat agar bisa meniupnya hingga terbang jauh dari pohon.



Aku selalu memperhatikan Daun duduk sendirian atau bersama teman-temannya, memerhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya.Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti Daun yang suka melihat Pohon. Satu hari saja tak kulihat dia, aku merasa sangat kehilangan.



Aku melangkah dan tersenyum padanya. Kuambil secarik kertas, kutulisi dan kuberikan padanya. Dia sangat kaget. Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima kertas dariku. Esoknya, dia datang menghampiriku dan memberikan kembali kertas itu. Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi. Daun tidak mau meninggalkan Pohon.



Aku kembali menghampirinya dengan kata-kata yang sama. Meski sangat pelan, akhirnya dia mulai membuka dirinya dan menerima kehadiranku. Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku. Aku telah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20 kali kepadanya. Hampir setiap kali dia mengalihkan pembicaraan, tapi aku tidak menyerah. Keputusanku bulat, aku ingin memilikinya.



Suatu hari, dia bilang bahwa dia memberikan kesempatan untukku. Kuletakkan telpon, melompat, berlari seribu langkah ke rumahnya. Dia membuka pintu bagiku. Kupeluk erat-erat tubuhnya. Akhirnya ak bisa membuat daun meninggalkan pohon dan berjanji akan membawanya terbang melihat dunia.








"KATAKAN SEBELUM TERLAMBAT"


Kehidupan pernikahan kami awalnya baik-baik saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.



Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.



Dia menciumku maksimal dua kali sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal-hal seperti itu sebagai ungkapan sayang.



Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua di luarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.



Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran di kamar, atau main dengan anak kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.



Aku mengira rumah tangga kami baik-baik saja selama delapan tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, di suatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit di rumah sakit. Karena jarang makan dan sering jajan di kantornya dibanding makan di rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama Meisha, teman Mario saat dulu kuliah.



Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan-akan waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat-kalimatnya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki-laki maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.



Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. Lima bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.



Aku mulai mengingat-ingat, 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari tiga kali. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung di depan komputernya. Atau termenung memegang ponselnya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.



Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,



"Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini? tidak mau makan juga? Uhh... dasar anak nakal, sini piringnya," lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba-tiba saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan....aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun!



Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang ke rumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.



Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis. Dia bisa hadir tiba-tiba, membawakan donat buat anak-anak, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan-jalan, kadang mengajakku nonton. Kali lain, dia datang bersama suami dan kedua anaknya yang lucu-lucu.



Aku tidak pernah bertanya apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu. Karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak di hatinya.



Suatu sore, mendung begitu menyelimuti Jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.



Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku, "Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha?"



Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,



Dear Meisha,



Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak-anakku.



Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh-sungguh mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik-konflik terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.



Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon-pohon beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan-hutan belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.



Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki-laki yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.



Yours,



Mario



Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia tujuh tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.



Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.



Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan di amplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.



Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa-sisa uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak-anakku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam-macam merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman-temanku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.



Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku? Itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.



Mario terus menerus sakit-sakitan, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus di dalam hatinya. Dengan pura-pura tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.



**********



Setahun kemudian...



Meisha membuka amplop surat-surat itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.



"Mario, suamiku....



Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja di kantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa di atas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku. .. Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku.....



Ternyata aku keliru.... aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukaimu.



Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, "Kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti cemburu? Dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku."



Aku tidak perduli, dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.



Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan."



Istrimu,



Rima



Di surat yang lain,



".........Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha...... "



Di surat yang ke sekian,



".......Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.



Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah-marah padamu, aku tidak lagi suka membanting-banting barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalu menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur di samping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah.....



Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya.. ......"



Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya... dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu di sampingnya.



Di surat terakhir, pagi ini...



"........... ...Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujan deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.



Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran di matamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.



Tahukah engkau suamiku,



Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda-tanda cinta mulai bersemi di hatimu?"



Jelita menatap Meisha, dan bercerita,



"Siang itu Mama menjemputku dengan motornya. Dari jauh aku melihat keceriaan di wajah Mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah-marah kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya di seberang jalan. Ketika Mama menyeberang jalan, tiba-tiba mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi...... Aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante..... Aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak.... .." Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.



Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya ingin Rima membacanya.

Dear Meisha,



Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah-marah dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba-tiba aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar.... Inikah tanda-tanda aku mulai mencintainya?



Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak-anakku, tapi karena dia belahan jiwaku....



Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk di samping nisan Rima. Di wajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario. Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.

"MEMUDAR PERLAHAN (based on my true story)"

"itulah yg ia lakukan..." pikirku, "perlahan memudar dari kehidupanku"
Namun aku tetap ingat semuanya, setiap saat aku bersamanya, membayangkan semua gerakan dan senyumnya. aku tidak pernah berpikir seseorang bisa begitu berarti bagiku.

Aku bertemu dengannya tepat beberapa bulan sebelum ulang tahunku yang ke-19. bagiku itu cinta pada pandangan pertama. ia begitu menawan hingga hatiku nyeri saat aku menatapnya, tapi sekarang...memikirkannya saja sudah menyakitkan, berharap kalau saja aku bisa mengulang semuanya dari awal, aku akan melakukan semuanya secara berbeda, semuanya...

Mereka bilang cinta sejati takkan pernah sirna, dan aku tidak tau definisi yang tepat untuk perasaanku. tapi menurutku dialah yang paling mendekati kategori itu.
tadinya kupikir kami di takdirkan untuk bersama, tapi... sayangnya aku tidak punya cukup keberanian untuk membuat takdir itu menjadi nyata. rasa takut terluka pada akhirnya membuatku mengingkari perasaan cintaku dan menguburnya dalam-dalam di dasar hatiku.

Aku tau bahwa aku tidak selalu bisa mendapatkan apa yang aku inginkan, tetapi sekarang aku memperoleh pengertian yang lebih dalam mengenai diri sendiri dan orang lain saat berusaha mendapatkan apa yang kita kehendaki, dan kadang hal terbaik yang bisa kau lakukan untuk seseorang yang kau cintai adalah melepaskannya dan membiarkannya menjadi salah satu kenangan terindah yang pernah hadir di hidupmu.

Sekarang ini kami sudah kehilangan jejak satu sama lain. tapi sesekali aku masih bertanya-tanya tentang dirinya, apakah dia menyadari betapa dia pernah menjadi bagian yang sangat berarti dalam hidup seseorang? kuharap ia puas dengan hidupnya dan bahagia dengan dirinya.
saat ku kenang lagi... satu-satunya pemberiannya yang akan bisa selamanya ku bawa adalah kekuatan jiwaku yang kutemukan dengan "bantuannya" . kekuatan itu akan mendampingiku menghadapi semua rasa sakit, semua luka dan aku akan selamat.
sebenarnya aku memilikinya dalam diriku sejak dulu, aku hanya tak bisa benar-benar menemukannya... terimakasih(.....)